Sabtu, 25 Juni 2011

Sebenarnya berapa lama Balita mampu berkonsentrasi?


Saya sering heran melihat cara Akang Raka menghabiskan waktunya seharian di rumah. Anak 4 tahun itu belum sekolah. Seharian waktunya dihabiskan dirumah. Pernah di coba free trial ke sekolah-sekolah, ternyata dia tidak bisa duduk diam dan berkonsentrasi untuk mengikuti guru di kelas.

Kegiatan dimulai dengan membongkar tas yang berisi mobil-mobilannya.
“Kenapa harus dibongkar semua Kang?”
“Akang cari Mc Queen .”
“Kembalikan yang lainnya.”
“Akang tidak bisa, terlalu susah.” Anak itu memang bahasanya baku sekali.

Terus pindah ke membongkar laci buku. Bukunya harus dilempar-lempar ke belakang badannya.
“Kenapa dilempar Kang?”
“Akang cari buku yang ada Mc Queen nya.”
“Kenapa harus dilempar Kang?”
“Karena Akang tidak bisa menemukannya.” ????

Kemudian nonton acara favoritnya di TV. Kalau tokohnya sedang melukis kucing dengan cat air, ia akan minta cat air untuk melukis kucing juga. Kalau tokohnya sedang main perkakas, ia pun harus main perkakas. Harus lengkap dan mirip. Disini saya belajar, bahwa anak sangat pintar untuk meniru. Jadi pintar-pintar kita mengatur apa yang bisa dan boleh ditiru oleh anak kita.

Kemudian berturut-turut main balok-balokkan, kembali main mobil-mobilan, minta makan roti setelah mengejar-ngejar tukang roti ke ujung jalan, main puzzle, ‘kerja’ di komputer – istilah dia untuk main game komputer, berlari-lari dan melompat-lompat, bermain bersama adiknya dan kira-kira selusin kegiatan lainnya. Begitulah sehari-hari. Tidak bisa bertahan lama untuk satu kegiatan.

Saya pernah membaca bahwa hitungan kasar mengenai rentang konsentrasi minimal balita adalah minus satu dari usianya. Maksudnya untuk anak 5 tahun ia seharusnya mampu berkonsentrasi selama setidaknya 4 menit. Untuk anak 4 tahun cukup 3 menit saja. Untuk anak 3 tahun, 2 menit sudah bagus.

Ternyata 2 menit saja untuk anak 3 tahun Bunda!
Jadi masih wajar kalau putra-putri kita terlihat sangat susah untuk diajak duduk diam berkonsentrasi pada sesuatu. Kita sering mudah khawatir dan buru-buru membawanya ke klinik tumbuh kembang atau psikolog serta memberinya label ‘hiperaktif’ untuk menghadapi anak yang tidak bisa diam. Menurut beberapa pemerhati hati anak, yang perlu dikhawatirkan sebenarnya adalah balita yang tidak banyak bergerak karena ada kemungkinan ia kekurangan asupan gizi.

Namun untuk sesuatu yang mereka minati, ternyata mereka mampu berkonsentrasi lebih lama dari biasanya. Dengan memberikan kebebasan pada anak untuk melakukan apa yang ia sukai, kita bisa mengamati bidang apa yang benar-benar diminatinya. Kita bisa melihat bagaimana ia mampu berkonsentrasi lebih lama dari yang sewajarnya kemampuannya.

Seperti kalau bermain puzzle bergambar tokoh-tokoh favoritnya. Untuk ukuran anak yang tidak bisa duduk diam, Raka ternyata mampu berkonsentrasi menyelesaikan puzzle 50 pieces. Minat anak sangat mempengaruhi rentang konsentrasinya.

Itu sebabnya saya masih kurang tega menyekolahkan anak di usia yang terlalu dini. Dimasa rentang konsentrasinya masih sangat rendah, ia sudah dipaksa untuk mengikuti proses kelas. Walau dengan label ‘sambil bermain’.  Kecuali mungkin kalau anak kita memang sangat berminat dengan sekolah.

Mengingat rentang konsentrasi yang pendek itu, menyebabkan kemampuan anak dalam mengingat sesuatu ternyata tidak banyak. Menurut MIF Baihaqi, M.Si - penulis, pemerhati anak, dosen Program Studi Psikologi Universitas Pendidikan Indonesia Bandung, kemampuan anak dalam mengingat sesuatu dalam sekali proses pembelajaran hanya rata-rata sekitar 5 - 9 kata. Rata-rata 7 kata untuk sekali proses belajar.  Yang penting adalah perulangan dan tentu saja minat si anak.

Jadi sebenarnya anak-anak itu otaknya masih sederhana dengan kemampuan yang akan berkembang secara alami pada waktunya. Kita sebagai orang tua masih sering tergoda untuk  ‘mengoptimalkan’ si kecil kita dengan banyak hal yang sebenarnya belum waktunya. Tanpa disadari, kita sering menjadikan mereka seperti kita dalam bentuk sachet kecil. Mudah-mudahan bermanfaat bagi teman-teman. Mari kita berbagi pengalaman untuk mencerdaskan Anak Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar