Rabu, 28 Maret 2012

Kalenderku

Kartu Anakku kembali dengan produk terbaru yang dijamin dapat membantu Balita kita bisa belajar membaca dengan cara yang menyenangkan

Ide membuat kalender seperti ini datang dari ibu guru TK Akang Raka, Bu Anna. Menurut beliau, penting untuk mulai mengajarkan penanggalan pada anak TK dan banyak manfaatnya, karena sekaligus mereka akan belajar penggunaan angka dan membaca.

Ternyata memang benar, sejak menggunakan Kalenderku, kemampuan membaca Akang Raka menjadi lebih banyak kemajuan. Ia semangat sekali untuk bangun setiap pagi dan mengganti kartu tanggal dan hari. Ia pun jadi lebih memahami bahwa 1 minggu terdiri dari 7 hari dan setiap bulan lamanya sekitar 30 hari. Lucu sekali melihat dia tidak sabar untuk mengganti Kartu Bulan yang harus ditunggunya selama puluhan hari.

Kalenderku juga sengaja dibuat Bilingual untuk membantu anak belajar bahasa Inggris pada saat yang bersamaan. Pokoknya seru deh punya Kalenderku yang interaktif seperti ini dirumah!
Terdiri dari 7 kartu hari (bilingual), 12 kartu bulan (bilingual), 12 kartu angka, dan 1 kartu tahun (2012-2013)

Tersedia dalam warna merah dan kuning

Sabtu, 09 Juli 2011

Sudah 'Edukatif'kah Mainan Edukatif Anda?


Saya termasuk orang tua yang mudah tergoda untuk membelikan segala sesuatu buat anak. Apalagi jika menyangkut mainan yang ditambah label ‘edukatif’. Sekarang ini begitu banyak mainan untuk merangsang kecerdasan anak. Ada yang terbuat dari kayu, plastik, kain dan banyak lagi. Dari yang murahan buatan Cina hingga yang bermerek dengan harga jutaan.

Sebenarnya apa sih yang dimaksudkan dengan mainan edukatif itu? Ternyata kita banyak salah kaprah tentang yang namanya mainan edukatif. Banyak mainan yang ber label edukatif, tidak benar-benar edukatif. Bahkan cenderung ‘melecehkan’ kreatifitas kalau saya boleh bilang begitu. Menurut Pakar Psikologi dan Tumbuh Kembang Anak, ada 5 sisi perkembangan anak. Dalam bermain sebaiknya merangsang sebanyak mungkin sisi-sisi perkembangan anak.

Ke-5 sisi perkembangan itu meliputi:
  1. Sisi Fisik
Bermain sebaiknya merangsang anak untuk menggerakkan anggota tubuhnya. Baik gerakan motorik halus seperti menulis, merangkai manik-manik, melukis dan menjinjit, maupun motorik kasarnya seperti berlari, naik sepeda, berjalan, merangkak, dan mengayunkan tangan.

  1. Sisi Kognitif
Dengan bermain diharapkan wawasan dan kreatifitas anak menjadi berkembang sekaligus meningkatkan konsentrasi, daya ingat dan kemampuannya berstrategi.

  1. Sisi Bahasa
Bermain yang baik seharusnya mampu menstimulasi anak untuk meningkatkan perbendaharaan bahasa mereka. Ini bisa dilakukan dengan banyak mengajaknya berbicara, bermain tebak kata, atau mengajaknya bercerita.

  1. Sisi Emosi
Sisi Emosi biasanya akan muncul jika anak terlibat secara aktif dalam permainan. Ajari anak untuk mengenal emosinya seperti kesal karena puzzle yang rumit, senang karena menang atau sedih karena kalah bermain.

  1. Sisi Sosial
Bermain sebaiknya bisa mengajarkan akan kebersamaan. Disini ia akan belajar bahwa ada orang lain diluar dirinya untuk bisa berbagi. Bermain bersama anak lain mungkin kadang-kadang mengkhawatirkan pada mulanya. Apalagi pada anak batita yang sering kali belum bisa bersosialisasi. Namun itu perlu dilatih dan dibiasakan. Bersyukurlah bagi Anda yang kebetulan anak-anaknya memiliki teman bermain sebaya di lingkungan rumahnya. Jangan takut rumah berantakan atau mainan rusak dan hilang ya Bu. Jika tidak memiliki teman sebaya, sisi sosial ini juga bisa dirangsang dengan bermain peran. Misalnya bermain peran dokter, ibu atau ayah.


Dengan melihat aspek-aspek diatas, ternyata mainan itu tidak harus yang mahal-mahal. Mainan sederhana buatan sendiri pun bisa menjadi alternatif bermain yang sehat dan menyenangkan buat si kecil.

Bermain membuat mobil-mobilan atau rumah boneka sendiri misalnya. Anak diajak kreatif untuk membuat mainan dari bahan dasar yang biasa kita temui sehari-hari. Kemampuan motorik halusnya bisa terasah dengan ikut mewarnai, menggunting atau menempelkan hiasan. Mereka juga bisa melatih kesabaran dengan membuat mainan sendiri. Ketika membuat mainannya, kita bisa banyak bercakap-cakap dengan anak kita tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan mainan tersebut. Pada akhirnya mainan itu bisa mereka mainkan bersama teman-teman mereka. Pada awalnya mainannya mungkin sangat jelek dan tidak berbentuk. Namun lama-kelamaan mereka akan terlatih dan bisa membuatnya dengan lebih baik. Banyak pelajaran moral yang bisa ditanamkan dengan membuat mainan sendiri.

Nah, sekarang kita tinggal melihat apakah mainan edukatif kita sudah benar-benar bisa mengoptimalkan ke-5 sisi perkembangan anak? Mari Bermain bersama si kecil. It’s so much fun!

Sabtu, 02 Juli 2011

Bernyanyi bagi Balita


Anak-anak umumnya sangat suka bernyanyi dan mendengarkan musik. Sejak bayi mereka punya kecenderungan ikut bergoyang atau setidaknya menunjukkan minat yang besar pada lagu-lagu. Icha misalnya, sejak umurnya 6 bulan dan bisa duduk, dia pasti bergoyang-goyang mendengar jingle lagu kesukaannya. Terkadang bisa sampai terjungkal saking semangatnya bergoyang.

Sebenarnya saya sendiri tidak bisa bernyanyi. Saya masuk kelompok anak bersuara ‘fales’ selama di sekolah dasar. Bisa dibilang saya cukup trauma kalau sudah berurusan dengan bernyanyi. Nah setelah punya anak, secara naluriah saya mulai memberanikan diri menyanyikan nina bobo untuk anak. Itu pun dengan tatapan heran orang-orang sekitar mendengar suara ‘merdu’ saya. Ternyata anak-anak tidak sama seperti guru kesenian yang akan memvonis suara kita yang cempreng. Mereka bisa menikmati apapun kualitas suara Mamanya. Tidak perlu bersuara seindah Krisdayanti menyanyikan lagu “Timang-Timang Anakku Sayang”  untuk percaya diri bernyanyi bersama buah hati kita. Santai saja lah bernyanyi bersama anak, walau suara kita pas-pasan.

Bernyanyi itu penting bagi Balita. Bernyanyilah dimana saja bersama si kecil. Sambil naik kendaraan. Sambil berjalan ke tukang sayur. Sambil mandi. Tapi jangan sambil makan, nanti keselek. Bernyanyi bisa membantu mereka melewatkan waktu dengan menyenangkan.

Selain itu, bernyanyi merupakan salah satu cara menggunakan bahasa. Bernyanyi membantu anak untuk fokus pada kata-kata dan artinya. Semakin sering kita bernyanyi dan berbicara pada anak, otaknya akan semakin berkembang. 

Bernyanyi juga bisa merangsang kreatifitas anak. Cobalah untuk mengganti lirik lagu yang biasa anak kita nyanyikan. Misalnya yang paling umum lagu "Satu-satu aku sayang ibu".

Satu-satu (nama anak) sayang ibu (atau panggilan yang biasa anak sebutkan)
Dua-dua (nama anak) sayang ayah
Tiga-tiga sayang (nama adik atau kakak)
Satu dua tiga (nama anak) sayang semuanya.

Nah ketika bernyanyi, bisa juga ditambahkan gerakan-gerakan yang berulang. Sekalian untuk melatih koordinasi fisik anak. Misalnya dengan melompat dan menggerakkan tangan serta kakinya. Atau kalau Anda bingung, suruh saja mereka mengarang gerakan sendiri. Dan siap-siap terpesona melihat kemampuan mereka yang terkadang bisa sangat ajaib.

Salah satu lagu yang menarik untuk belajar membaca adalah lagu ABC. Ada yang versi bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Lagu ini juga seru untuk agak diubah-ubah liriknya.

A – Be –Ce –De – E – eF – G ... mari kita belajar mengeja ABCD

Akang berhasil menciptakan versinya sendiri:

A – Ba – Ca – Da  – A  –  aF – Ga....

Kemudian diubah lagi dengan ke 4 vokal yang lain yaitu e, i , u, dan o.  Nah bisa sekalian mengajarkan membaca anak kan?

Pada dasarnya memang kreatifitas para Mama yang penting untuk bisa mengoptimalkan kecerdasan buah hati kita tercinta. Mudah-mudahan bermanfaat bagi teman-teman. Mari kita berbagi pengalaman untuk mencerdaskan Anak Indonesia.

Sabtu, 25 Juni 2011

Sebenarnya berapa lama Balita mampu berkonsentrasi?


Saya sering heran melihat cara Akang Raka menghabiskan waktunya seharian di rumah. Anak 4 tahun itu belum sekolah. Seharian waktunya dihabiskan dirumah. Pernah di coba free trial ke sekolah-sekolah, ternyata dia tidak bisa duduk diam dan berkonsentrasi untuk mengikuti guru di kelas.

Kegiatan dimulai dengan membongkar tas yang berisi mobil-mobilannya.
“Kenapa harus dibongkar semua Kang?”
“Akang cari Mc Queen .”
“Kembalikan yang lainnya.”
“Akang tidak bisa, terlalu susah.” Anak itu memang bahasanya baku sekali.

Terus pindah ke membongkar laci buku. Bukunya harus dilempar-lempar ke belakang badannya.
“Kenapa dilempar Kang?”
“Akang cari buku yang ada Mc Queen nya.”
“Kenapa harus dilempar Kang?”
“Karena Akang tidak bisa menemukannya.” ????

Kemudian nonton acara favoritnya di TV. Kalau tokohnya sedang melukis kucing dengan cat air, ia akan minta cat air untuk melukis kucing juga. Kalau tokohnya sedang main perkakas, ia pun harus main perkakas. Harus lengkap dan mirip. Disini saya belajar, bahwa anak sangat pintar untuk meniru. Jadi pintar-pintar kita mengatur apa yang bisa dan boleh ditiru oleh anak kita.

Kemudian berturut-turut main balok-balokkan, kembali main mobil-mobilan, minta makan roti setelah mengejar-ngejar tukang roti ke ujung jalan, main puzzle, ‘kerja’ di komputer – istilah dia untuk main game komputer, berlari-lari dan melompat-lompat, bermain bersama adiknya dan kira-kira selusin kegiatan lainnya. Begitulah sehari-hari. Tidak bisa bertahan lama untuk satu kegiatan.

Saya pernah membaca bahwa hitungan kasar mengenai rentang konsentrasi minimal balita adalah minus satu dari usianya. Maksudnya untuk anak 5 tahun ia seharusnya mampu berkonsentrasi selama setidaknya 4 menit. Untuk anak 4 tahun cukup 3 menit saja. Untuk anak 3 tahun, 2 menit sudah bagus.

Ternyata 2 menit saja untuk anak 3 tahun Bunda!
Jadi masih wajar kalau putra-putri kita terlihat sangat susah untuk diajak duduk diam berkonsentrasi pada sesuatu. Kita sering mudah khawatir dan buru-buru membawanya ke klinik tumbuh kembang atau psikolog serta memberinya label ‘hiperaktif’ untuk menghadapi anak yang tidak bisa diam. Menurut beberapa pemerhati hati anak, yang perlu dikhawatirkan sebenarnya adalah balita yang tidak banyak bergerak karena ada kemungkinan ia kekurangan asupan gizi.

Namun untuk sesuatu yang mereka minati, ternyata mereka mampu berkonsentrasi lebih lama dari biasanya. Dengan memberikan kebebasan pada anak untuk melakukan apa yang ia sukai, kita bisa mengamati bidang apa yang benar-benar diminatinya. Kita bisa melihat bagaimana ia mampu berkonsentrasi lebih lama dari yang sewajarnya kemampuannya.

Seperti kalau bermain puzzle bergambar tokoh-tokoh favoritnya. Untuk ukuran anak yang tidak bisa duduk diam, Raka ternyata mampu berkonsentrasi menyelesaikan puzzle 50 pieces. Minat anak sangat mempengaruhi rentang konsentrasinya.

Itu sebabnya saya masih kurang tega menyekolahkan anak di usia yang terlalu dini. Dimasa rentang konsentrasinya masih sangat rendah, ia sudah dipaksa untuk mengikuti proses kelas. Walau dengan label ‘sambil bermain’.  Kecuali mungkin kalau anak kita memang sangat berminat dengan sekolah.

Mengingat rentang konsentrasi yang pendek itu, menyebabkan kemampuan anak dalam mengingat sesuatu ternyata tidak banyak. Menurut MIF Baihaqi, M.Si - penulis, pemerhati anak, dosen Program Studi Psikologi Universitas Pendidikan Indonesia Bandung, kemampuan anak dalam mengingat sesuatu dalam sekali proses pembelajaran hanya rata-rata sekitar 5 - 9 kata. Rata-rata 7 kata untuk sekali proses belajar.  Yang penting adalah perulangan dan tentu saja minat si anak.

Jadi sebenarnya anak-anak itu otaknya masih sederhana dengan kemampuan yang akan berkembang secara alami pada waktunya. Kita sebagai orang tua masih sering tergoda untuk  ‘mengoptimalkan’ si kecil kita dengan banyak hal yang sebenarnya belum waktunya. Tanpa disadari, kita sering menjadikan mereka seperti kita dalam bentuk sachet kecil. Mudah-mudahan bermanfaat bagi teman-teman. Mari kita berbagi pengalaman untuk mencerdaskan Anak Indonesia.

Sabtu, 18 Juni 2011

Ide mengenalkan huruf untuk Balita: bermain hapus pinsil

Jaman saya kecil dulu, media untuk mengenalkan huruf hanyalah berupa huruf besar plastik berwarna-warni. Kini anak-anak kita punya beragam media untuk bisa mengenal huruf. Mulai dari poster yang bergambar menarik, balok huruf magnetik sehingga bisa ditempelkan di kulkas, huruf dari karet yang bisa ditempel di dinding, dadu-dadu yang cantik, karpet karet Evamart sampai huruf-huruf dalam bentuk gerbong kereta api. Mau huruf besar ataupun huruf kecil, semua tersedia. Jadi wajar saja kalau anak sekarang pintar-pintar.

Namun sering kali anak-anak mudah bosan dengan mainan huruf-huruf yang ada. Bahkan karena kreatifnya, diubah fungsinya menjadi mainan yang lain. Terkadang Akang Raka-4 tahun, memainkan balok huruf sebagai bahan sup sayuran yang enak untuk di aduk-aduk. Atau adiknya Icha-11 bulan, memainkannya sebagai teether. Dasar anak-anak.

Tapi saya punya sebuah ide mengenalkan huruf untuk Balita yang caranya cukup sederhana dan bisa menarik perhatian si kecil.

Bahannya:
  1. Penghapus. Anda bisa memilih yang motifnya sesuai dengan minat Anak.
  2. Pinsil. Bisa juga dengan motif yang sama.
  3. Kertas. Kalau Mamanya rajin, bisa ditempeli dengan gambar-gambar yang Anak suka.

Caranya:
  1. Tulis kata-kata tertentu yang sudah sering di dengar Anak dengan pinsil. Misalnya nama anggota keluarga atau tokoh-tokoh kartun kesayangan mereka. Bisa huruf besar semua atau huruf kecil semua. Yang penting konsisten.
  2. Kalau Anak berminat, biasanya ia akan minta dituliskan kata tertentu. “Mama, kalau tulis Dibo, bagaimana?”. “Tulis Ade Icha bagaimana?”
  3. Tunjukkan nama setiap huruf.
  4. Minta mereka menemukan huruf tertentu dan menghapuskannya.
  5. Lakukan ini selama Anak tertarik. Jangan dipaksakan jika mereka tidak berminat. Bisa jadi melihat penghapus yang bagus, malah mereka sayang untuk memakainya. Atau malah lebih enak untuk digigit daripada mengikuti permintaan Mamanya.
Nah, begitulah ide bermain hapus pinsil yang sempat menjadi favorit Akang Raka selama beberapa waktu. Mudah-mudahan bermanfaat bagi teman-teman. Mari kita berbagi pengalaman untuk mencerdaskan Anak Indonesia.

Sabtu, 11 Juni 2011

Jurus-jurus Sakti Menanamkan Minat Baca untuk Balita

Idealnya seperti yang sering kita lihat di film-film. Menjelang tidur, Anak kita telah rapi dengan balutan piyama motif kartun kesayangannya dan berbaring manis ditempat tidur. Sudah minum susu dan gosok gigi. Kemudian kita bacakan dongeng pengantar tidur dengan suara yang lucu-lucu. Ia pun kesenangan. Meminta kita mengulang-ngulang bagian kesukaannya. Hingga ia tertidur lelap. Kita menciumnya, merapikan selimutnya, mendoakannya dan mematikan lampu kamarnya. Indah sekali.

Hal yang sayang sekali belum berhasil saya lakukan hingga umur anak saya 4 tahun. Menjelang tidur biasanya dia masih sibuk berlari-lari menghabiskan sisa tenaganya, sebelum tiba-tiba tersungkur dalam posisi nungging dan jatuh tertidur – dimana saja. Kalau di bacakan buku, tidak sampai 2 kalimat dia sudah hilang entah kemana. Sedih sekali, padahal sejumlah buku bacaan balita yang gambarnya menarik sudah dibelikan untuk menggugah minat bacanya.

Saya pun mencari informasi mengenai bagaimana caranya menanamkan minat baca untuk Balita, khususnya Balita yang susah untuk diajak membaca. Dari hasil bertanya ke banyak orang yang lebih berpengalaman, membaca buku  dan majalah serta browsing di internet, saya mendapatkan beberapa jurus sakti yang cukup ampuh dipraktekkan ke anak saya, dan mungkin pula cocok untuk putra-putri Anda. Beberapa jurus-jurus sakti tersebut diantaranya:

1. Pilih bacaan dari bidang yang diminatinya.
Anak sekarang mudah fanatik pada sesuatu. Contohnya ada yang suka dinosaurus, robot, mobil, kereta api atau princess. Nah pilihlah bacaan yang berhubungan dengan minat mereka tersebut. Sekarang mulai banyak buku balita dengan tema-tema yang banyak diminati anak-anak. Jangan paksakan membeli buku Princess yang gambarnya lucu karena kita suka, padahal anak kita tidak berminat sama sekali. 

2. Mengajaknya memilih sendiri buku yang diminatinya
Memilihkan buku yang diminati si Anak, ada kalanya salah pilih. Lebih baik lagi jika si Anak kita ajak ke toko buku dan memilih sendiri buku yang minatinya. Saya pernah membeli buku Mc Queen kesukaan si kecil yang menurut saya bagus sekali gambarnya. Ternyata Anak saya tidak suka entah karena apa, dan dia punya pilihan buku Mc Queen sendiri yang lain. Tapi saya tetap memaksakan membeli buku yang saya nilai bagus tersebut disamping buku pilihannya. Ternyata dia tidak melirik buku pilihan saya, sedangkan buku pilihannya sendiri dibaca terus sampai sobek-sobek. Mungkin memang ada daya tarik dari sebuah buku yang hanya Tuhan dan Anak kita yang tahu. Serta Penerbit yang jeli tentunya.

3. Membacalah dimana saja dan pada posisi apa saja
Kelaut lah, membaca sambil tidur manis untuk anak yang tidak bisa diam. Ternyata ada cara lain, misalnya dengan dia dipunggung kita sambil main kuda-kudaan. Kita bisa membacakan cerita sambil si kecil duduk di punggung kita seperti main kuda-kudaan. Dia senang, kita pun dapat pijatan gratis yang lumayan. Membaca bisa juga sambil di gendong atau pun berendam dalam air hangat, tentunya dengan buku yang anti air. 

4. Mengganti tokoh cerita dengan nama si Anak
Coba deh, ini jurus benar-benar sakti mandraguna. Siap-siap bosan membacakan cerita yang sama berulang kali.

5. Baca cerita yang pendek tapi sering
Sekarang mulai banyak buku yang tulisannya hanya 3-5 baris saja. Ini cocok untuk balita yang gampang bosan. Saran saya dalam mencari buku untuk Anak, yang sabar mencarinya. Pasti akan ketemu yang cocok suatu saat nanti. Tidak harus beli hari ini.

6. Pilih buku yang ada aktifitasnya
Misalnya permainan mencocokan, menggunting, menghitung, menirukan suara atau sejenisnya. Mereka biasanya lebih tertarik dibanding cerita yang datar. Atau anda bisa berkreasi dengan membuat aktifitas sendiri dari sebuah buku. Seperti menemukan warna tertentu dalam setiap lembar bacaan, atau menempelkan stiker tertentu pada buku cerita.

7. Memberi contoh
Ini hal yang paling susah., tapi sangat benar. Jangan pernah berharap Anak minat membaca kalau orang tuanya tidak punya minat membaca. “Ayah Ibu tidak suka membaca tapi mereka baik-baik saja tuh hingga dewasa, jadi kenapa saya harus suka membaca?”, kira-kira begitulah isi pikiran mereka.

Demikianlah beberapa Jurus Sakti Menanamkan Minat Baca pada Balita yang saya terapkan untuk Anak saya. Mudah-mudahan bermanfaat bagi teman-teman. Mari kita berbagi pengalaman untuk mencerdaskan Anak Indonesia.